Temukan berbagai fakta menarik tentang Pluto, yang kini dikenal sebagai dwarf planet, dan pelajari lebih lanjut tentang keunikan dan sejarah penemuannya.
Pluto, sebuah objek misterius yang pernah dianggap sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita, kini telah berubah status menjadi planet kerdil atau dwarf planet.
Perjalanan Pluto dari planet penuh hingga menjadi planet kerdil mencerminkan betapa dinamisnya ilmu astronomi dan pengetahuan manusia tentang alam semesta
Pluto ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde Tombaugh, dan sejak itu, ia telah menjadi subjek dari banyak penelitian dan diskusi di kalangan ilmuwan dan astronom amatir.
Perubahan status Pluto pada tahun 2006 oleh International Astronomical Union (IAU) menandai momen penting dalam sejarah astronomi, yang mengharuskan kita untuk memahami kembali definisi dari sebuah planet. Meskipun Pluto kini dikategorikan sebagai planet kerdil, pesona dan misterinya tidak berkurang.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi fakta-fakta menarik tentang Pluto yang kini menjadi planet kerdil, mulai dari karakteristik fisiknya hingga misi luar angkasa yang pernah dikirim untuk mempelajarinya.
1. Penemuan Pluto pada tahun 1930
Pluto ditemukan oleh astronom Amerika, Clyde Tombaugh, pada tahun 1930. Menurut sumber dari Britannica, Tombaugh bertugas dalam sebuah proyek di Observatorium Lowell yang bertujuan untuk mencari “Planet X”, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar Neptunus.
Dalam proses pencarian ini, Tombaugh mengambil banyak foto wilayah langit di mana planet tersebut diduga berada. Pluto akhirnya diidentifikasi pada dua lempeng foto yang diambil pada bulan Januari 1930, menandai penemuan signifikan dalam astronomi.
2. Pemberian Nama Pluto
Setelah penemuan Pluto diumumkan pada tanggal 13 Maret 1930, Falconer Madan, mantan kepala Perpustakaan Bodleian di Universitas Oxford, mendiskusikan berita ini dengan dua putrinya, Ethel dan Venetia.
Venetia, yang tertarik dengan mitologi, menyarankan nama Pluto, mengambil nama dari dewa dunia bawah Romawi, yang menandakan posisi terpencil planet ini di tata surya.
Falconer Madan kemudian menghubungi astronom Herbert Hall Turner di Universitas Lowell, yang bertanggung jawab atas observatorium tempat Tombaugh bekerja, untuk mengusulkan nama tersebut.
Nama Pluto dipilih karena juga berbagi dua huruf pertama dengan Percival Lowell, pendiri observatorium tersebut, yang merupakan penggagas awal pencarian Planet X.
3. Pluto Kehilangan Status Sebagai Planet
Pada Agustus 2006, International Astronomical Union (IAU) membuat keputusan yang signifikan dengan menurunkan status Pluto dari planet menjadi planet katai (dwarf planet).
Keputusan ini diambil karena Pluto tidak memenuhi salah satu dari tiga kriteria yang didefinisikan oleh IAU untuk klasifikasi sebagai planet.
Kriteria yang tidak terpenuhi oleh Pluto adalah kemampuannya untuk “membersihkan lingkungan sekitar orbitnya” dari debu dan benda lain.
Keputusan ini mengakhiri status Pluto yang telah bertahan sejak penemuannya pada tahun 1930, mengubah cara kita memandang tata surya kita.
4. Awalnya Diperkirakan Berukuran Besar
Ketika Clyde Tombaugh menemukan Pluto pada tahun 1930, awalnya ia diperkirakan memiliki ukuran yang lebih besar dari Merkurius dan mungkin saja lebih besar dari Bumi. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kenyataannya sangat berbeda.
Pluto sebenarnya adalah objek yang jauh lebih kecil, dengan diameter sekitar 2.352 kilometer, yang membuatnya kurang dari 20% ukuran Bumi.
Kesalahpahaman awal tentang ukuran Pluto merupakan contoh dari bagaimana pengetahuan ilmiah dapat berkembang dan diperbaiki seiring dengan waktu dan kemajuan teknologi observasi.
5. Orbit Unik Pluto
Pluto dikenal dengan orbitnya yang tidak biasa, yang sangat elips dan tidak sejajar dengan bidang orbit delapan planet lainnya dalam sistem tata surya.
Orbit ini membawa Pluto mengelilingi Matahari dari jarak 5,87 miliar kilometer dan memerlukan waktu sekitar 248 tahun untuk menyelesaikan satu putaran penuh.
Karakteristik unik dari orbit Pluto ini adalah, selama periode tertentu, jalurnya tumpang tindih dengan orbit Neptunus.
Kondisi ini kadang-kadang membuat Pluto lebih dekat ke Bumi daripada Neptunus, sebuah fenomena yang menonjolkan sifat orbitnya yang sangat eksentrik dan miring.
6. Kondisi Sangat Dingin di Pluto
Pluto, terletak jauh dari Matahari, adalah salah satu tempat terdingin di tata surya kita, dengan suhu permukaan rata-rata sekitar minus 225 derajat Celsius.
Komposisi planet kerdil ini diperkirakan terdiri dari sekitar 70 persen batuan dan 30 persen es, mencerminkan kondisi sub-zeronya. Permukaan Pluto sebagian besar ditutup oleh es nitrogen, yang membeku karena suhu yang sangat rendah.
Kondisi yang ekstrem ini menjadikan Pluto sebagai objek penelitian yang menarik untuk memahami lebih lanjut tentang komposisi dan dinamika planet-planet yang berada sangat jauh dari Matahari.
Pluto, dengan segala keunikan dan sejarahnya, tetap menjadi objek yang menarik untuk dipelajari dalam dunia astronomi.
Enam fakta menarik yang telah dibahas menunjukkan betapa kompleks dan istimewanya Pluto meskipun kini berstatus sebagai dwarf planet.
Semoga artikel ini memberikan wawasan baru dan menambah pengetahuan Anda tentang Pluto serta perannya dalam tata surya kita. Selamat menjelajahi dan menikmati keajaiban Pluto!